Perubahan
paradigma Pendidikan di Indonesia yang mengalami tantangan baik pada saat ini
maupun untuk ke depan yang tidak pasti,
kompleks, ambigu dan sulit dipredeksi.
Maka tantangan itu diaggap sebagai tuntutan yang harus dijawab melalui
transportasi Pendidikan dalam rangka mewujudkan kualitas Pendidikan yang
bermutu dan merata bagi kepentingan masyarakat secara luas. Perubahan kualitas Pendidikan dianggap perlu
dilakukan, dikarenakan kebutuhan dan tuntutan jaman yang semakin hari semakin
berkembang terutama dalam krisis pembelajaran.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu
dengan menyeleraskan pendekatan yang sudah dilaksanakan dengan pendekatan yang
memungkinkakn siswa terlibat lebih aktif sebagai subyek dalam pembelajaran.
Pendidikan masa kini menuntut lebih dari sekadar transfer
pengetahuan. Di tengah perubahan zaman yang dinamis, sekolah dituntut
melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga
tangguh, reflektif, dan mampu berkontribusi di tengah masyarakat. Salah satu
pendekatan yang hadir menjawab tantangan ini adalah Pembelajaran
Mendalam (Deep Learning).
Kita tahu sebelum pembelajaran mendalam ini lahir, juga sudah diterapkan
dengan sebut pendekatan pembelajaran deferisial pada kurikulum merdeka. Pendekatan Pembelajaran berdiferensiasi dalam
Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
di mana guru menyesuaikan materi, proses, dan produk pembelajaran agar sesuai
dengan minat, kebutuhan, dan gaya belajar individual setiap
siswa. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan
menantang bagi semua siswa, meningkatkan keterlibatan mereka, dan membantu
mereka mencapai potensi maksimal.
Sedangkan pendekatan pembelajaran baru yang dikenal pada
tahun pelajaran 2025/2026 dikenal dengan pendekatan pembelajaran mendalam. Pembelajaran Mendalam adalah pendekatan
belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pusat proses belajar. Bukan
hanya mengejar nilai atau menghafal materi, pendekatan ini menekankan: proses
berpikir kritis, kolaborasi, refleksi, dan keterhubungan antara pembelajaran
dengan kehidupan nyata.
Dalam rangka
menyebarkan program pendekatan pembelajaran mendalam pada kurikukum merdeka,
maka pemerintah dalam hal ini, kemendikbudristek telah mensosialisasikan melalui program pelatihan
pembelajaran mendalam dengan pola In1, on, In2 (belajar
di pelatihan-pelatihan tatap muka, praktik langsung di sekolah, dan refleksi
kembali di pelatihan). Tahap 1 In-1
(In Service Training 1): Sesi tatap muka awal yang fokus pada pemahaman
konsep Pembelajaran Mendalam (PM) berlangsung selama 5 hari bertempat di titik
lokus yang ditentukan. Tahap 2 On (On-the-Job
Training): Penerapan konsep dan praktik PM di satuan pendidikan peserta,
dilaksanakan selama 3 bulan. dan terakhir tahap In-2
(In Service Training 2): Sesi tatap muka akhir untuk refleksi, evaluasi,
dan penguatan implementasi PM yang telah dilakukan, dilaksanakan selama 3 hari
dititik lokus pada awal pelaksanaan In1.
Sesuai dengan program di atas, maka SD Negeri 1 Mekarjadi
telah mendapat kepercayaan dari pemerintah melalui dinas pendidikan Ciamis
untuk mengikut pelatihan pembelajaran mendalam dengan peserta 1 orang kepala
sekolah dan 2 orang guru yang terdiri dari 1 orang guru kelas bawah dan 1 orang
guru dari kelas atas. Sesuai dengan
jadwal yang sudah ditentukan, untuk tahap pertama yakni In 1 pelaksanaan
pelatihan pembelajaran mendalam bagi SD Negeri 1 Mekarjadi telah berlangsung
selama 5 hari, dari mulai hari Selasa sampai hari sabtu yang diikuti oleh kepala
sekolah dengan titik lokus di SMP Negeri 8 Ciamis dan untuk guru, titik
lokusnya di SDN 2 Baregbeg.
Dari hasil pelatihan tersebut, maka diharapkan kepala
sekolah dan guru dapat menyampaikan kembali berbagai materi atau ilmu tentang
pembelajaran mendalam yang sudah didapatkan selama mengikuti pelatihan, dengan
sasaran awal rekan kerja yang berada di satuan pendidikan masing-masing dalam
hal ini komunitasi belajar di sekolah, dan lebih luasnya di KKG bagi guru atau
MKKS bagi Kepala Sekolah. Maka sesuai
dengan arahan yang diberikan oleh fasilitator pelatihan, maka SD Negeri 1
Mekarjadi telah melaksanakan peimbasan pembelajaran mendalam melalui kegiatan
penyampaian materi dalam komunitas belajar (Jabar Kom) di SD Negeri 1 Mekarjadi sesuai dengan jadwal telah disepakati bersama
yakni tangal 25 Agustus 2025. Adapun
acara kegiatan pada pengimbasan itu mengacu pada sejauh mana satuan pendidikan
dapat mempersiapkan pembelajaran mendalam untuk diterapkan di kelas masing-masing.
Pelaksanan kegiatan pengimbasan dibagi ke dalam 3 sesein
penyampaian materi yakni dari kepala sekolah kemudian dilanjutkan oleh
guru. Untuk session pertama, kepala
sekolah menyampaikan materi yang berhubungan pola pikir atau mindset, dalam uraiannya di jelaskan
bahwa setiap orang pasti memiliki mind set
untuk menghadapi tantangan atau masalah, namun setiap orang tentunya
memiliki perbedaan dalam menghadapi masalah yang dihadapi. Apakah masalah atau tantangan ini menjadi
dirinya untuk menerima apa adanya, atau justru dengan tantangan itu akan
memberi peluang bagi seseorang untuk berubah.
Maka untuk mengenal lebih jauh tentang mind set, maka pola pikir ini dibagi menjadi 2 bagian yakni pola pikir tetap dan pola pikir bertumbuh.
Pola pikir tetap atau lebih
dikenal dengan PPT adalah kemampuan, kecerdasan, dan karakter seseorang adalah
bawaan dan tidak bisa diubah. sementara pola pikir bertumbuh (growth mindset)
percaya bahwa hal-hal tersebut bisa dikembangkan melalui usaha, pembelajaran,
dan kerja keras.
Seseorang
akan memandang bahwa pola pokir tetap itu sebagai suatu keadaan yang tidak bisa
dirubah walapun melalui usaha. Orang
seperti ini, biasa kita jumpai sebagai orang yang putus asa prustasi, mudah
menyerah dan menerima apa adanya.
Pemikiran-pemikiran seperti ini, sebenarnya masih ada pada diri kita
sebagai pendidik. Seperti
kebiasaan-kebiasaan yang disadari atau tidak kita sadari menjadikan pola pikir tetap itu menjadi bagian dalam aktivitas
sehari-hari. Contohnya selalu datang terlambat, lepas dari tanggung jawab,
kurang disiplin, berprilaku semaunya, di tegur seolah-olah merasa digurui, puas
dengan pembelajaran yang monoton. Jika
semua kebiasaan itu masih ada pada diri kita, maka dapat dipastikan kualitas
pendidikan di setiap satuan pendidikan tidak akan berhasil, karena pola pikir tetap akan banyak berpengaruh pada kemajuan
pola pembelajaran di setiap sekolah.
Kita sebenarnya jangan terlena dengan keadaan dengan memiliki pola pikir
tetap, karena akan jelas mewarnai kepada
segala program yang direncanakan di
sekolah dan secara umum akan sangat merugikan tidak hanya bagi dirinya tapi
juga pada lembaga.
Untuk itu selayaknya kita
dapat mengubah kebiasaan pola pikir tetap menjadi pola pikir bertumbuh.
Kebiasaan pola pikir bertumbuh
menjadikan sesuatu masalah atau tantangan sebagai usaha, atau pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih baik. Kita seharusnya dapat
menanamkan mind set kedua yakni segala tantangan atau masalah itu menjadi
sebuah peluang untuk mengatasi berbagai kegagalan. Jika pola pikir bertumbuh ini sudah menjadi bagian hidup
seorang pendidik, maka semua keadaan yang dianggap sebagai suatu masalah atau
tantangan akan menjadi sebuah harapan yang akan menjadikan dirinya lebih baik
di mata peserta didik. Oleh karena itu,
sebelum pola pikir bertumbuh ini
diterapkan pada pola pikir peserta
didik, maka alangkah baiknya jika pendidik terlebih dahulu menerapkan pola pikir
bertumbuh itu untuk dirinya sendiri
melalui berbagai aktivitas pembelajaran di kelas. Karena peserta didik akan melihat, sekaligus
mencontoh bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pola pikir
bertumbuh.
Dibawah
ini contoh suara yang dikatagorikan sebagai suara pola pikir bertambah dan pola pikir bertumbuh yang bertujuan untuk membandingkan
cara berpikir keduanya.
Suara PPT |
Suara PPB |
Kegagalan berarti ketidakmampuan |
Kegagalan berarti perlu mencoba lagi |
Menolak tugas baru karena risiko gagal besar |
Menerima tugas baru sebagai peluang belajar |
Kesalahan menunjukkan kelemahan |
Kesalahan adalah proses belajar |
Hanya bagus di bidang tertentu |
Bisa belajar apa saja yang diinginkan |
Kecerdasan menentukan sukses |
Belajar dan usaha menentukan sukses |
Kesimpulan dari materi yang disampaikan oleh pemateri pertama yakni pola pikir bertumbuh dapat menjadikan skil kemampuan kita dapat bertambah, sehingga akan lebih kuat menerima segala masalah atau tantangan sebagai suatu peluang menuju kesuksesan.
Kegiatan pengimbasan
dilanjutkan dengan pemateri ke dua yang berhubungan rumus keberhasilan
pembelajaran yang disampaikan oleh Siti Komariah, S.Pd. Dalam uraiannnya disebutkan bahwa dalam
pembelajaran mendalam guru perlu memahami kunci atau konsep dari penerapan
pembelajaran yaitu yang dikenal dengan pola 8-3-3-4. Pola ini dianggap sebagai kerangka
pembelajaran yang mampu membentuk peserta didik yang kompeten, berdaya, dan
siap menghadapi tantangan masa depan.
Pola
pertama yakni 8 Dimensi Profil Lulusan: Pilar Utama Pembentukan Karakter
Pelajaran mendalam
berorientasi pada pencapaian profil lulusan yang holistik dan relevan dengan
kebutuhan zaman. Terdapat delapan dimensi profil lulusan yang menjadi fondasi
utama:
- Keimanan dan Ketakwaan Kepada
Tuhan YME: Membentuk individu yang berakhlak mulia,
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, dan memiliki pondasi spiritual yang
kuat.
- Kewargaan:
Mengembangkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta
menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap lingkungan.
- Penalaran Kritis:
Melatih kemampuan berpikir logis, menganalisis informasi secara objektif,
dan menarik kesimpulan yang rasional.
- Kreativitas:
Mendorong inovasi, kemampuan berpikir di luar kotak, dan menghasilkan
ide-ide orisinal untuk memecahkan masalah.
- Kolaborasi:
Membangun keterampilan bekerja sama dalam tim, menghargai perbedaan, dan
mencapai tujuan bersama.
- Kemandirian:
Menumbuhkan inisiatif, rasa percaya diri, dan kemampuan untuk belajar
serta bertindak secara otonom.
- Kesehatan:
Membekali peserta didik dengan pemahaman dan kebiasaan hidup sehat, baik
fisik maupun mental.
- Komunikasi:
Mengembangkan kemampuan menyampaikan gagasan secara efektif, mendengarkan
aktif, dan berinteraksi dengan berbagai pihak.
Kedelapan dimensi ini saling terkait dan menjadi kompas bagi seluruh proses pembelajaran, memastikan bahwa setiap pengalaman belajar berkontribusi pada pengembangan individu secara utuh.
Pola
ke dua yakni 3 Prinsip Pembelajaran Mendalam: Fondasi Pedagogi Efektif
Agar pembelajaran
benar-benar mendalam dan berdampak, diperlukan landasan pedagogi yang kuat.
Tiga prinsip ini menjadi kuncinya:
- Berkesadaran:
Pembelajaran harus melibatkan kesadaran penuh dari peserta didik dan
pendidik. Peserta didik memahami mengapa mereka belajar, apa yang mereka
pelajari, dan bagaimana hal itu relevan dengan kehidupan mereka. Pendidik
juga secara sadar merancang pengalaman belajar yang bermakna.
- Bermakna:
Materi pembelajaran harus relevan, kontekstual, dan memiliki nilai guna
bagi peserta didik. Mereka harus bisa melihat hubungan antara apa yang
dipelajari di kelas dengan dunia nyata.
- Menggembirakan:
Lingkungan belajar harus menyenangkan, menarik, dan memicu rasa ingin
tahu. Pembelajaran yang menggembirakan akan meningkatkan motivasi dan
keterlibatan peserta didik.
Pola
ke tiga yakni 3 Pengalaman Belajar Mendalam: Siklus Pembelajaran Berkelanjutan
Pembelajaran
mendalam bukan sekadar menghafal, melainkan sebuah siklus yang melibatkan tiga
pengalaman belajar inti:
- Memahami:
Peserta didik tidak hanya mengetahui fakta, tetapi juga menginternalisasi
konsep, prinsip, dan hubungan antaride. Mereka mampu menjelaskan dengan
kata-kata sendiri dan mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya.
- Mengaplikasikan:
Pengetahuan yang diperoleh harus dapat digunakan dalam berbagai konteks.
Peserta didik dilatih untuk menerapkan konsep dan keterampilan dalam
memecahkan masalah atau menciptakan sesuatu.
- Merefleksi:
Proses pembelajaran diakhiri dengan refleksi. Peserta didik diajak untuk
memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka
belajar, dan apa yang bisa ditingkatkan di masa depan. Refleksi membantu
mengukuhkan pemahaman dan mengembangkan metakognisi.
Pola
ke empat yakni 4 Kerangka Pembelajaran Mendalam: Menopang Ekosistem Pendidikan
Untuk
mendukung implementasi pembelajaran mendalam, diperlukan empat kerangka
penopang yang saling berinteraksi:
- Praktik Pedagogik:
Ini mencakup strategi, metode, dan pendekatan mengajar yang digunakan oleh
pendidik untuk memfasilitasi pembelajaran mendalam. Ini melibatkan desain
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik.
- Lingkungan Pembelajaran:
Menciptakan ruang fisik dan psikologis yang mendukung eksplorasi,
eksperimen, dan kolaborasi. Lingkungan yang aman, inklusif, dan merangsang
kreativitas sangat penting.
- Pemanfaatan Digital:
Memanfaatkan teknologi digital secara bijak untuk memperkaya pengalaman
belajar. Alat digital dapat memfasilitasi akses informasi, kolaborasi, dan
personalisasi pembelajaran.
- Kemitraan Pembelajaran:
Melibatkan kolaborasi aktif antara sekolah, keluarga, dan komunitas.
Kemitraan ini memperluas lingkungan belajar di luar kelas dan memberikan dukungan
holistik bagi peserta didik.
Rumus
8-3-3-4 ini menawarkan panduan yang jelas dan terstruktur bagi para pembuat
kebijakan, praktisi pendidikan, dan orang tua untuk bersama-sama menciptakan
ekosistem pembelajaran yang transformatif. Dengan fokus pada pengembangan
karakter, prinsip pedagogi yang kuat, pengalaman belajar yang mendalam, dan
dukungan kerangka kerja yang komprehensif, kita dapat mempersiapkan generasi
muda untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang adaptif, inovatif, dan
berkontribusi positif bagi masyarakat.
Kegiatan dilanjutkan dengan
pamateri ke 3 yang disampaikan oleh Kiki Sri Rejeki, S.Pd.SD. Asesmen
dan perencanaan dalam pembelajaran mendalam adalah proses berkelanjutan
untuk memahami kebutuhan siswa (asesmen) dan merancang pengalaman belajar yang
sesuai agar siswa mencapai pemahaman konseptual dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (perencanaan). Asesmen dilakukan melalui berbagai jenis,
termasuk asesmen awal untuk mengidentifikasi kesiapan siswa, asesmen formatif
untuk memandu proses belajar, dan asesmen sumatif untuk menilai hasil
akhir. Hasil asesmen ini kemudian digunakan untuk merancang strategi
pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, pemikiran kritis, dan
penerapan dalam konteks nyata.
Asesmen dalam Pembelajaran Mendalam
Asesmen dalam pembelajaran mendalam tidak hanya
berfokus pada hafalan, tetapi pada pemahaman konseptual, keterampilan berpikir
kritis, dan kemampuan penerapan pengetahuan. Jenis-jenis asesmen
meliputi:
Dilakukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan, potensi, dan tahap capaian belajar siswa sebelum pembelajaran
dimulai.
2. Asesmen Formatif:
Dilakukan selama proses
pembelajaran untuk memberikan umpan balik dan membantu siswa memperbaiki
pemahaman serta membantu guru menyesuaikan strategi mengajar.
3.
Asesmen Sumatif:
Dilakukan pada akhir unit
pembelajaran atau semester untuk menilai ketercapaian tujuan pembelajaran
secara keseluruhan.
4.
Asesmen Autentik:
Menggunakan metode seperti
penilaian kinerja, proyek, produk, observasi, portofolio, dan penilaian diri
untuk mengukur kompetensi secara komprehensif.
Perencanaan dalam Pembelajaran Mendalam
Perencanaan pembelajaran mendalam merupakan proses
mendesain pengalaman belajar yang memungkinkan siswa tidak hanya menghafal,
tetapi juga memahami konsep secara menyeluruh dan menerapkannya dalam situasi
nyata. Komponen perencanaan pembelajaran mendalam meliputi:
1. Identifikasi:
Menggunakan hasil asesmen awal untuk
memahami karakteristik, potensi, dan kebutuhan belajar siswa.
2. Desain Pembelajaran:
Merancang aktivitas belajar yang berorientasi pada
pemahaman mendalam, bukan sekadar penyampaian informasi.
3.
Pengalaman Belajar:
Mendesain kegiatan belajar yang bermakna,
menggembirakan, menantang, dan melibatkan siswa secara aktif.
4.
Asesmen:
Merencanakan berbagai teknik asesmen formatif dan
sumatif yang sesuai untuk memantau dan menilai pencapaian siswa secara
bertingkat.
Keterkaitan
Asesmen dan Perencanaan
Asesmen
dan perencanaan pembelajaran mendalam memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
melengkapi:
1. Asesmen menginformasikan
perencanaan:
Hasil asesmen awal menjadi dasar untuk merancang
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tahapan capaian siswa.
a. - Perencanaan memandu asesmen:
Rencana pembelajaran mencakup asesmen yang akan digunakan untuk memantau dan menilai perkembangan belajar siswa.
b. - Umpan balik berkelanjutan:
Hasil dari asesmen formatif memberikan umpan balik yang digunakan untuk merefleksi dan memperbaiki proses perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran
Sebagai penutup, penting untuk disadari bahwa
asesmen bukan sekadar alat ukur, tetapi bagian integral dari pembelajaran
mendalam. Perannya yang strategis dalam membentuk pola pikir, karakter, dan
keterampilan murid menjadikannya pilar penting dalam proses pendidikan yang berorientasi
pada masa depan. Guru, sebagai perancang pengalaman belajar, memikul tanggung
jawab untuk menyusun asesmen yang tidak hanya akurat, tetapi juga manusiawi asesmen
yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Melalui asesmen seperti
inilah, kelas tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang untuk
tumbuh, bermimpi, dan menemukan jati diri. Sudah saatnya kita memandang asesmen
bukan sebagai penghakiman, melainkan sebagai jembatan yang menghubungkan
potensi dengan pencapaian, harapan dengan kenyataan, dan proses dengan
perubahan.
Demikian kegiatan sosialisasi pembelajaran
mendalam yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarjadi sebagai pengimbasan dari
pelaksanaan pelatihan pembelajaran mendalam yang berlangsung selama 5
hari. Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan
ini, bapak ibu guru mendapat wawasan ilmu yang luas mengenai penerapan
pendekatan pembelajaran mendalam, sehingga harapan kita semua, peserta didik benar-benar dapat menemukan
formula yang tepat dalam meningkatkan kualitas belajar yang lebih optimal..@Yud2025