SOSIALISASI PEMBELAJARAN MENDALAM
                                                      DI SD NEGERI 1 MEKARJADI
mekdi, News2025

Perubahan paradigma Pendidikan di Indonesia yang mengalami tantangan baik pada saat ini maupun untuk  ke depan yang tidak pasti, kompleks, ambigu dan sulit dipredeksi.  Maka tantangan itu diaggap sebagai tuntutan yang harus dijawab melalui transportasi Pendidikan dalam rangka mewujudkan kualitas Pendidikan yang bermutu dan merata bagi kepentingan masyarakat secara luas.  Perubahan kualitas Pendidikan dianggap perlu dilakukan, dikarenakan kebutuhan dan tuntutan jaman yang semakin hari semakin berkembang terutama dalam krisis pembelajaran.  Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menyeleraskan pendekatan yang sudah dilaksanakan dengan pendekatan yang memungkinkakn siswa terlibat lebih aktif sebagai subyek dalam  pembelajaran.

Pendidikan masa kini menuntut lebih dari sekadar transfer pengetahuan. Di tengah perubahan zaman yang dinamis, sekolah dituntut melahirkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga tangguh, reflektif, dan mampu berkontribusi di tengah masyarakat. Salah satu pendekatan yang hadir menjawab tantangan ini adalah Pembelajaran Mendalam (Deep Learning).  Kita tahu sebelum pembelajaran mendalam ini lahir, juga sudah diterapkan dengan sebut pendekatan pembelajaran deferisial pada kurikulum merdeka.  Pendekatan Pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana guru menyesuaikan materi, proses, dan produk pembelajaran agar sesuai dengan minat, kebutuhan, dan gaya belajar individual setiap siswa. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menantang bagi semua siswa, meningkatkan keterlibatan mereka, dan membantu mereka mencapai potensi maksimal. 

Sedangkan pendekatan pembelajaran baru yang dikenal pada tahun pelajaran 2025/2026 dikenal dengan pendekatan pembelajaran mendalam.  Pembelajaran Mendalam adalah pendekatan belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pusat proses belajar. Bukan hanya mengejar nilai atau menghafal materi, pendekatan ini menekankan: proses berpikir kritis, kolaborasi, refleksi, dan keterhubungan antara pembelajaran dengan kehidupan nyata.

      Dalam rangka menyebarkan program pendekatan pembelajaran mendalam pada kurikukum merdeka, maka pemerintah dalam hal ini, kemendikbudristek telah  mensosialisasikan melalui program pelatihan pembelajaran mendalam dengan pola In1, on, In2 (belajar di pelatihan-pelatihan tatap muka, praktik langsung di sekolah, dan refleksi kembali di pelatihan).  Tahap 1 In-1 (In Service Training 1): Sesi tatap muka awal yang fokus pada pemahaman konsep Pembelajaran Mendalam (PM) berlangsung selama 5 hari bertempat di titik lokus yang ditentukan. Tahap 2 On (On-the-Job Training): Penerapan konsep dan praktik PM di satuan pendidikan peserta, dilaksanakan selama 3 bulan. dan terakhir tahap In-2 (In Service Training 2): Sesi tatap muka akhir untuk refleksi, evaluasi, dan penguatan implementasi PM yang telah dilakukan, dilaksanakan selama 3 hari dititik lokus pada awal pelaksanaan In1.

            Sesuai dengan program di atas, maka SD Negeri 1 Mekarjadi telah mendapat kepercayaan dari pemerintah melalui dinas pendidikan Ciamis untuk mengikut pelatihan pembelajaran mendalam dengan peserta 1 orang kepala sekolah dan 2 orang guru yang terdiri dari 1 orang guru kelas bawah dan 1 orang guru dari kelas atas.  Sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, untuk tahap pertama yakni In 1 pelaksanaan pelatihan pembelajaran mendalam bagi SD Negeri 1 Mekarjadi telah berlangsung selama 5 hari, dari mulai hari Selasa sampai hari sabtu yang diikuti oleh kepala sekolah dengan titik lokus di SMP Negeri 8 Ciamis dan untuk guru, titik lokusnya di SDN 2 Baregbeg. 

            Dari hasil pelatihan tersebut, maka diharapkan kepala sekolah dan guru dapat menyampaikan kembali berbagai materi atau ilmu tentang pembelajaran mendalam yang sudah didapatkan selama mengikuti pelatihan, dengan sasaran awal rekan kerja yang berada di satuan pendidikan masing-masing dalam hal ini komunitasi belajar di sekolah, dan lebih luasnya di KKG bagi guru atau MKKS bagi Kepala Sekolah.  Maka sesuai dengan arahan yang diberikan oleh fasilitator pelatihan, maka SD Negeri 1 Mekarjadi telah melaksanakan peimbasan pembelajaran mendalam melalui kegiatan penyampaian materi dalam komunitas belajar (Jabar Kom) di SD Negeri 1 Mekarjadi  sesuai dengan jadwal telah disepakati bersama yakni tangal 25 Agustus 2025.  Adapun acara kegiatan pada pengimbasan itu mengacu pada sejauh mana satuan pendidikan dapat mempersiapkan pembelajaran mendalam untuk diterapkan di kelas masing-masing.

         Pelaksanan kegiatan pengimbasan dibagi ke dalam 3 sesein penyampaian materi yakni dari kepala sekolah kemudian dilanjutkan oleh guru.  Untuk session pertama, kepala sekolah menyampaikan materi yang berhubungan pola pikir  atau mindset, dalam uraiannya di jelaskan bahwa setiap orang pasti memiliki mind set  untuk menghadapi tantangan atau masalah, namun setiap orang tentunya memiliki perbedaan dalam menghadapi masalah yang dihadapi.  Apakah masalah atau tantangan ini menjadi dirinya untuk menerima apa adanya, atau justru dengan tantangan itu akan memberi peluang bagi seseorang untuk berubah.  Maka untuk mengenal lebih jauh tentang mind set, maka pola pikir  ini dibagi menjadi 2 bagian yakni pola pikir  tetap dan pola pikir  bertumbuh.  Pola pikir  tetap atau lebih dikenal dengan PPT adalah kemampuan, kecerdasan, dan karakter seseorang adalah bawaan dan tidak bisa diubah. sementara pola pikir bertumbuh (growth mindset) percaya bahwa hal-hal tersebut bisa dikembangkan melalui usaha, pembelajaran, dan kerja keras.

         Seseorang akan memandang bahwa pola pokir tetap itu sebagai suatu keadaan yang tidak bisa dirubah walapun melalui usaha.  Orang seperti ini, biasa kita jumpai sebagai orang yang putus asa prustasi, mudah menyerah dan menerima apa adanya.  Pemikiran-pemikiran seperti ini, sebenarnya masih ada pada diri kita sebagai pendidik.  Seperti kebiasaan-kebiasaan yang disadari atau tidak kita sadari menjadikan pola pikir  tetap itu menjadi bagian dalam aktivitas sehari-hari. Contohnya selalu datang terlambat, lepas dari tanggung jawab, kurang disiplin, berprilaku semaunya, di tegur seolah-olah merasa digurui, puas dengan pembelajaran yang monoton.  Jika semua kebiasaan itu masih ada pada diri kita, maka dapat dipastikan kualitas pendidikan di setiap satuan pendidikan tidak akan berhasil, karena pola pikir  tetap akan banyak berpengaruh pada kemajuan pola pembelajaran di setiap sekolah.   Kita sebenarnya jangan terlena dengan keadaan dengan memiliki pola pikir  tetap, karena akan jelas mewarnai kepada segala program yang direncanakan  di sekolah dan secara umum akan sangat merugikan tidak hanya bagi dirinya tapi juga pada lembaga. 

Untuk itu selayaknya kita dapat mengubah kebiasaan pola pikir  tetap menjadi pola pikir  bertumbuh.  Kebiasaan pola pikir  bertumbuh menjadikan sesuatu masalah atau tantangan sebagai usaha, atau pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dirinya menjadi lebih baik.  Kita seharusnya dapat menanamkan mind set kedua yakni segala tantangan atau masalah itu menjadi sebuah peluang untuk mengatasi berbagai kegagalan.  Jika pola pikir  bertumbuh ini sudah menjadi bagian hidup seorang pendidik, maka semua keadaan yang dianggap sebagai suatu masalah atau tantangan akan menjadi sebuah harapan yang akan menjadikan dirinya lebih baik di mata peserta didik.  Oleh karena itu, sebelum pola pikir  bertumbuh ini diterapkan pada pola pikir  peserta didik, maka alangkah baiknya jika pendidik terlebih dahulu menerapkan pola pikir  bertumbuh itu untuk dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas pembelajaran di kelas.  Karena peserta didik akan melihat, sekaligus mencontoh bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pola pikir  bertumbuh.

Dibawah ini contoh suara yang dikatagorikan sebagai suara pola pikir  bertambah dan pola pikir  bertumbuh yang bertujuan untuk membandingkan cara berpikir keduanya.

Suara PPT

Suara PPB

Kegagalan berarti ketidakmampuan

Kegagalan berarti perlu mencoba lagi

Menolak tugas baru karena risiko gagal besar

Menerima tugas baru sebagai peluang belajar

Kesalahan menunjukkan kelemahan

Kesalahan adalah proses belajar

Hanya bagus di bidang tertentu

Bisa belajar apa saja yang diinginkan

Kecerdasan menentukan sukses

Belajar dan usaha menentukan sukses

 Kesimpulan dari materi yang disampaikan oleh pemateri pertama yakni pola pikir  bertumbuh dapat menjadikan skil kemampuan kita dapat bertambah, sehingga akan lebih kuat menerima segala masalah atau tantangan sebagai suatu peluang menuju kesuksesan.

Kegiatan pengimbasan dilanjutkan dengan pemateri ke dua yang berhubungan rumus keberhasilan pembelajaran yang disampaikan oleh Siti Komariah, S.Pd.  Dalam uraiannnya disebutkan bahwa dalam pembelajaran mendalam guru perlu memahami kunci atau konsep dari penerapan pembelajaran yaitu yang dikenal dengan pola 8-3-3-4.  Pola ini dianggap sebagai kerangka pembelajaran yang mampu membentuk peserta didik yang kompeten, berdaya, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Pola pertama yakni 8 Dimensi Profil Lulusan: Pilar Utama Pembentukan Karakter

          Pelajaran mendalam berorientasi pada pencapaian profil lulusan yang holistik dan relevan dengan kebutuhan zaman. Terdapat delapan dimensi profil lulusan yang menjadi fondasi utama:

  1. Keimanan dan Ketakwaan Kepada Tuhan YME: Membentuk individu yang berakhlak mulia, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, dan memiliki pondasi spiritual yang kuat.
  2. Kewargaan: Mengembangkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap lingkungan.
  3. Penalaran Kritis: Melatih kemampuan berpikir logis, menganalisis informasi secara objektif, dan menarik kesimpulan yang rasional.
  4. Kreativitas: Mendorong inovasi, kemampuan berpikir di luar kotak, dan menghasilkan ide-ide orisinal untuk memecahkan masalah.
  5. Kolaborasi: Membangun keterampilan bekerja sama dalam tim, menghargai perbedaan, dan mencapai tujuan bersama.
  6. Kemandirian: Menumbuhkan inisiatif, rasa percaya diri, dan kemampuan untuk belajar serta bertindak secara otonom.
  7. Kesehatan: Membekali peserta didik dengan pemahaman dan kebiasaan hidup sehat, baik fisik maupun mental.
  8. Komunikasi: Mengembangkan kemampuan menyampaikan gagasan secara efektif, mendengarkan aktif, dan berinteraksi dengan berbagai pihak.
    Kedelapan dimensi ini saling terkait dan menjadi kompas bagi seluruh proses pembelajaran, memastikan bahwa setiap pengalaman belajar berkontribusi pada pengembangan individu secara utuh.

Pola ke dua yakni 3 Prinsip Pembelajaran Mendalam: Fondasi Pedagogi Efektif

        Agar pembelajaran benar-benar mendalam dan berdampak, diperlukan landasan pedagogi yang kuat. Tiga prinsip ini menjadi kuncinya:

  1. Berkesadaran: Pembelajaran harus melibatkan kesadaran penuh dari peserta didik dan pendidik. Peserta didik memahami mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan bagaimana hal itu relevan dengan kehidupan mereka. Pendidik juga secara sadar merancang pengalaman belajar yang bermakna.
  2. Bermakna: Materi pembelajaran harus relevan, kontekstual, dan memiliki nilai guna bagi peserta didik. Mereka harus bisa melihat hubungan antara apa yang dipelajari di kelas dengan dunia nyata.
  3. Menggembirakan: Lingkungan belajar harus menyenangkan, menarik, dan memicu rasa ingin tahu. Pembelajaran yang menggembirakan akan meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik.

Pola ke tiga yakni 3 Pengalaman Belajar Mendalam: Siklus Pembelajaran Berkelanjutan

Pembelajaran mendalam bukan sekadar menghafal, melainkan sebuah siklus yang melibatkan tiga pengalaman belajar inti:

  1. Memahami: Peserta didik tidak hanya mengetahui fakta, tetapi juga menginternalisasi konsep, prinsip, dan hubungan antaride. Mereka mampu menjelaskan dengan kata-kata sendiri dan mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya.
  2. Mengaplikasikan: Pengetahuan yang diperoleh harus dapat digunakan dalam berbagai konteks. Peserta didik dilatih untuk menerapkan konsep dan keterampilan dalam memecahkan masalah atau menciptakan sesuatu.
  3. Merefleksi: Proses pembelajaran diakhiri dengan refleksi. Peserta didik diajak untuk memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan apa yang bisa ditingkatkan di masa depan. Refleksi membantu mengukuhkan pemahaman dan mengembangkan metakognisi.

Pola ke empat yakni 4 Kerangka Pembelajaran Mendalam: Menopang Ekosistem Pendidikan

Untuk mendukung implementasi pembelajaran mendalam, diperlukan empat kerangka penopang yang saling berinteraksi:

  1. Praktik Pedagogik: Ini mencakup strategi, metode, dan pendekatan mengajar yang digunakan oleh pendidik untuk memfasilitasi pembelajaran mendalam. Ini melibatkan desain pembelajaran yang aktif, kolaboratif, dan berpusat pada peserta didik.
  2. Lingkungan Pembelajaran: Menciptakan ruang fisik dan psikologis yang mendukung eksplorasi, eksperimen, dan kolaborasi. Lingkungan yang aman, inklusif, dan merangsang kreativitas sangat penting.
  3. Pemanfaatan Digital: Memanfaatkan teknologi digital secara bijak untuk memperkaya pengalaman belajar. Alat digital dapat memfasilitasi akses informasi, kolaborasi, dan personalisasi pembelajaran.
  4. Kemitraan Pembelajaran: Melibatkan kolaborasi aktif antara sekolah, keluarga, dan komunitas. Kemitraan ini memperluas lingkungan belajar di luar kelas dan memberikan dukungan holistik bagi peserta didik.

Rumus 8-3-3-4 ini menawarkan panduan yang jelas dan terstruktur bagi para pembuat kebijakan, praktisi pendidikan, dan orang tua untuk bersama-sama menciptakan ekosistem pembelajaran yang transformatif. Dengan fokus pada pengembangan karakter, prinsip pedagogi yang kuat, pengalaman belajar yang mendalam, dan dukungan kerangka kerja yang komprehensif, kita dapat mempersiapkan generasi muda untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang adaptif, inovatif, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Kegiatan dilanjutkan dengan pamateri ke 3 yang disampaikan oleh Kiki Sri Rejeki, S.Pd.SD.  Asesmen dan perencanaan dalam pembelajaran mendalam adalah proses berkelanjutan untuk memahami kebutuhan siswa (asesmen) dan merancang pengalaman belajar yang sesuai agar siswa mencapai pemahaman konseptual dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (perencanaan). Asesmen dilakukan melalui berbagai jenis, termasuk asesmen awal untuk mengidentifikasi kesiapan siswa, asesmen formatif untuk memandu proses belajar, dan asesmen sumatif untuk menilai hasil akhir. Hasil asesmen ini kemudian digunakan untuk merancang strategi pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, pemikiran kritis, dan penerapan dalam konteks nyata. 

Asesmen dalam Pembelajaran Mendalam

          Asesmen dalam pembelajaran mendalam tidak hanya berfokus pada hafalan, tetapi pada pemahaman konseptual, keterampilan berpikir kritis, dan kemampuan penerapan pengetahuan. Jenis-jenis asesmen meliputi: 

1.   Asesmen Diagnostik Awal:

Dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan, potensi, dan tahap capaian belajar siswa sebelum pembelajaran dimulai. 

2.       Asesmen Formatif:

Dilakukan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik dan membantu siswa memperbaiki pemahaman serta membantu guru menyesuaikan strategi mengajar. 

3.       Asesmen Sumatif:

Dilakukan pada akhir unit pembelajaran atau semester untuk menilai ketercapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. 

4.       Asesmen Autentik:

Menggunakan metode seperti penilaian kinerja, proyek, produk, observasi, portofolio, dan penilaian diri untuk mengukur kompetensi secara komprehensif. 

Perencanaan dalam Pembelajaran Mendalam

Perencanaan pembelajaran mendalam merupakan proses mendesain pengalaman belajar yang memungkinkan siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep secara menyeluruh dan menerapkannya dalam situasi nyata. Komponen perencanaan pembelajaran mendalam meliputi: 

1.       Identifikasi:

       Menggunakan hasil asesmen awal untuk memahami karakteristik, potensi, dan kebutuhan belajar siswa. 

2.       Desain Pembelajaran:

Merancang aktivitas belajar yang berorientasi pada pemahaman mendalam, bukan sekadar penyampaian informasi. 

3.    Pengalaman Belajar:

     Mendesain kegiatan belajar yang bermakna, menggembirakan, menantang, dan melibatkan siswa secara aktif. 

4.   Asesmen:

Merencanakan berbagai teknik asesmen formatif dan sumatif yang sesuai untuk memantau dan menilai pencapaian siswa secara bertingkat. 

    Keterkaitan Asesmen dan Perencanaan

Asesmen dan perencanaan pembelajaran mendalam memiliki hubungan yang sangat erat dan saling melengkapi: 

1.               Asesmen menginformasikan perencanaan:

Hasil asesmen awal menjadi dasar untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tahapan capaian siswa. 

a.               -  Perencanaan memandu asesmen: 

             Rencana pembelajaran mencakup asesmen yang akan digunakan untuk memantau dan menilai              perkembangan belajar siswa. 

b.                - Umpan balik berkelanjutan: 

             Hasil dari asesmen formatif memberikan umpan balik yang digunakan untuk merefleksi dan                  memperbaiki proses perencanaan serta pelaksanaan pembelajaran

Sebagai penutup, penting untuk disadari bahwa asesmen bukan sekadar alat ukur, tetapi bagian integral dari pembelajaran mendalam. Perannya yang strategis dalam membentuk pola pikir, karakter, dan keterampilan murid menjadikannya pilar penting dalam proses pendidikan yang berorientasi pada masa depan. Guru, sebagai perancang pengalaman belajar, memikul tanggung jawab untuk menyusun asesmen yang tidak hanya akurat, tetapi juga manusiawi asesmen yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Melalui asesmen seperti inilah, kelas tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang untuk tumbuh, bermimpi, dan menemukan jati diri. Sudah saatnya kita memandang asesmen bukan sebagai penghakiman, melainkan sebagai jembatan yang menghubungkan potensi dengan pencapaian, harapan dengan kenyataan, dan proses dengan perubahan.

Demikian kegiatan sosialisasi pembelajaran mendalam yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarjadi sebagai pengimbasan dari pelaksanaan pelatihan pembelajaran mendalam yang berlangsung selama 5 hari.  Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan ini, bapak ibu guru mendapat wawasan ilmu yang luas mengenai penerapan pendekatan pembelajaran mendalam, sehingga harapan kita semua,  peserta didik benar-benar dapat menemukan formula yang tepat dalam meningkatkan kualitas belajar yang lebih optimal..@Yud2025


Popular posts from this blog