Sore
itu selepas ashar, di luar hujan begitu derasnya, seperti air ditumpahkan dari
langit, padahal siangnya langit cerah
tanpa awan, waktu itu udara terasa panas.
Namun tiba-tiba langit gelap diselimuti awan mendung dan tak lama
kemudian air hujan turun telah mengguyur bumi.
Mudah-mudah hujan hari ini menjadi rahmat bagi kita ya Mas. Istrinya mengawali pembicaraan.
“Iya bun jawab Mas Ari,” sambil menatap keluar disela-sela jendela yang sedikit terhalang oleh hordeng.
“Mas,” maaf aku
kalau selama ini, aku bersamamu telah banyak melakukan kesalahan. tiba-tiba
istrinya berkata seperti ada nada sedih yang terpendam di hati.
Memang ada apa, kok
kata-kata bunda tidak seperti biasanya,
seperti ada yang disembunyikan, Mas Ari sedikit bingung dan mengerutkan dahi
mendengar perkataan istrinya yang tiba-tiba itu. “Engga, Mas” mungkin, aku akan lebih dahulu
meninggalkan Mas dan anakku, pergi menghadap yang maha kuasa.
“Aku titip anak kita Mas”, tolong ya jangan
sia-siakan dia, kalau aku sudah tiada jangan Mas terburu-buru untuk menikah
lagi sebelum anak kita menikah lebih dulu.
Mas Ari tampak semakin bingung atas ucapan istrinya yang tiba-tiba itu, apa sebenarnya yang sedang dialami istrinya.
“Bun, bisakah bunda lebih tenang, apa sebenarnya yang ada dipikiran bunda
sekarang ini, bunda sakit?. “Tanya Mas Ari”.
Mas sudah dua minggu
kencing bunda mengeluarkan darah dan pinggang bunda terasa sakit seperti ada yang menonjol. Aku rasa umur bunda tidak akan lama
lagi.
Mas Ari merasa terkejut,
kok baru hari ini istrinya menyampaikan keluhannya, padahal istrinya selama ini
tak pernah mengeluh.
“Masyaallah bunda, sabar
ya” Allah SWT telah menguji bunda agar lebih berserah diri, serahkan semuanya
kepada yang punya. “Seraya Mas Ari memberi semangat.
“Tapi Mas” ini penyakit berat, jawab istrinya dengan nada sendu.
"Iya berat bagi kita, tapi bagi Allah sangat mudah untuk
menyembuhkannya. Jangan lah kita terburu
memvonis penyakit yang ada diri kita tidak bisa disembuhkan, padahal Allah
punya maksud lain untuk menguji kesabaran kita, “jawab Mas Ari, sedikit
memberikan penguatan terhadap keluhan istrinya.
Tugas kita sebagai hamba Allah hanya berusaha dan berdoa, semoga penyakit yang kita alami cepat disembuhkan,
“Oke Bun" .
Mas Ari mencoba untuk menghibur, dan tak henti-hentinya Mas Ari memberikan
motivasi kepada istrinya agar bisa menerima kenyataan yang sedang dia alami.
Di luar pun hujan mulai berhenti, seiring hati istrinya mulai mereda atas kekhawitiran yang sedang diderita.
“Mas, “ sore ini
juga saya ingin mengecek kondisi bagian pinggang saya ke laboratorium, agar hari
ini juga dapat mengetahui penyakit apa sebenarnya yang ada ditubuh saya ini, “istrinya
berusaha untuk memelas.
“Baik,” Mas siapkan dulu
yang mobilnya, jawab Mas Ari sambil meninggalkan istrinya dan beranjak
pergi dari tempat duduknya.
Tak lama kemudian mobil Mas Ari meninggalkan rumah,
pergi ke salah satu klinik yang dekat di rumahnya. Kebetulan di klinik paseinnya tidak banyak.
"Maaf bu", setelah kami
lihat hasil rontegen, ternyata di ginjal ibu banyak batunya, pertama batu ukuran
besar sebesar ibu jari dan tiga lagi berukuran kecil posisi nya menyebar. Batu-batu ini harus diambil bu, tidak bisa
dilaser atau pakai obat penghancur batu.
Jadi ibu harus segera di tindak atau dioperasi, biar ginjalnya normal
kembali.
“Dioperasi dok?”. Istri Mas Ari bertanya, seperti tidak yakin.
Iya bun tadi Mas Ari pun dengar
kata dokter, semua batu-batu yang ada diginjal bunda harus diambil dan
dioperasi di rumah sakit, kalau tidak diambil bisa menggangu pada kesehatan
bunda.
Istri Mas Ari hanya tertunduk lesu, mendengar ucapan dokter klinik dan Mas Ari. Istri Mas Ari tidak sempat berkata-kata, sambil menahan isak tangis pergi meninggalkan ruang dokter dan kembali ke rumah.
“Mas, kapan kira-kira kita pergi berobat ke rumah sakit?, seraya melanjutkan pembicaraan sewaktu di klinik yang tertunda, “Tanya istri yang kelihatannya sudah tidak sabar.
Insyaallah hari senin ya, kita urus surat rujukan ke puskesmas dulu, jawab Mas Ari berusaha menenangkan istrinya.
“Besok
hari minggu ya, tidak bisa ya kan Mas.
Ya
ngak bisa kan semua kantornya pada libur.
“Bunda tenang dulu ya, semua pasti dapat kita selesaikan semua pasti
butuh proses, yang penting penyakit bunda bisa teratasi dan bisa sembuh seperti
sedia kala. Jawab Mas Ari tegas.
Obrolah menjadi terhenti, rasa ngantuk sudah mulai menyerang Mas Ari dan istri untuk beranjak ke tempat tidur
melepas rasa gundah gulandah menjadi
topik utama hari itu, untuk menanti hari esok yang penuh dengan kekhawiran.
" Ibu Ari," terdengar perawat memanggil nama istrinya Mas Ari.
" Iya bu", jawab Mas
Ari sambil berjalan menuju ke loket pendaftaran.
Bapak, ini sementara pendaftaran pasien ibu sudah selesai, bapak beserta pasiennya silahkan tunggu di ruang tunggu dokter, untuk nanti dipanggil dan diperiksa, kata perawat seraya menyerahkan berkas pendaftaran kepada Mas Ari.
“Baik Bu…jawab singkat Mas Ari.
Suasana
di tempat tunggu pasien tampak penuh, karena hari itu hari senin, sebelumnya
biasanya pasien akan menumpuk karena hari minggunya libur.
“Mas,
penuh”. Iya jawab Mas Ari, singkat
sambil menatap ke sekeliling ruang tunggu pasien. Kita tunggu saja ya, sabar, pasti kita akan
tiba saatnya untuk dipanggil.
Setelah
sekian lama menunggu maka giliran istri Mas Ari dipanggil.
“Ibu Ari", silahkan Masuk ke ruang dokter. terdengar
suara perawat memanggil. Iya pak.
Sepontanitas wajah istri Mas Ari terpancar gembira.
“Ini Bu Ari”, Dokter bertanya untuk meyakinkan nama Bu Ari sudah benar.
"Iya Dok," jawab Bu Ari.
Kalau kita lihat hasil USG ini, sudah jelas
ya bu, di ginjal ibu ada beberapa batu yang harus diambil, ada satu batu besar
berukuran ujung jempol, tiga lagi batu-batu kecil. Ibu sudah siap untuk diambil.
Dengan nada sedih istri Mas Ari menjawab, “siap dok”, walapun dalam hatinya muncul perasaan was-was. Karena baru kali ini mungkin akan merasakan betapa sakitnya tubuh dilukai.
Selanjutnya, insyallah nanti fihak rumah sakit akan menghubungi keluarga
ibu, kapan jadwal waktunya untuk dioperasi.
Jadi untuk sementara, sekarang dikasih dulu obat ya, nanti, obatnya bisa diambil diruang apetek. Dokter berusaha menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penanganan pasein Bu Ari.
“Baik Dok”, jawab Mas Ari sambil melangkah
keluar menuju ruang apotek.
Hari-hari
terus berlalu, Mas Ari dan istrinya menunggu khabar yang pasti, mengenai jadwal
waktu akan ditindak.
Tak
lama kemudian, fihak rumah sakit menghubungi Mas Ari melalui pesan whatsapp.
Maaf pak ini dengan keluarga pasiennya Bu Ari, saya dari fihak rumah sakit akan
menyampaikan jadwal operasi bagi pasien atas nama Bu Ari, yakni pada hari rabu
minggu depan, apakah siap Pak.
“Mas Ari belum sempat menjawab, namun tampak
tertegun, dalam perasaannya bercampur gembira dan sedih.
Mungkin gembira karena secepatnya akan ditindak, sedihnya khawatir akan terjadi kenapa-kenapa.
“Ya Allah” beri kemudahan dan kelancaran istriku,
dalam menjalani operasi, ucap Mas Ari dalam hati.
Dengan
perasaan yang tak menentu, Mas Ari menjawab, “iya siap pak”, nanti saya
bicarakan dengan istri saya, tentang persiapannya.
“Mas, hari ini tiba saatnya untuk dioperasi, doakan saya ya Mas. Istri Mas Ari memulai pembicaraan, satu jam sebeum Masuk ruang operasi.
“Iya Bun”, serahkan semuanya pada yang memiliki, karena penyakit yang ada itu hanya kepunyaan Allah dan kita harus yakin Alloh akan memberikan obat penangkalnya. Ucap Mas Ari, memberikan semangat pada istrinya.
“Mas, saya tak habis berpikir,
dosa apa yang sudah saya perbuat, sehingga Allah memberikan ujian berupa
penyakit kepada saya.
Padahal
saya selalu menganggap ibadah itu segalanya, saya selalu berdoa atas
keselamatan diri saya sendiri, keluarga dan sesama kerabat keluarga. Wajib dan sunat tidak pernah ketinggalan,
tahajud, duha, puasa senin kamis, dan bersedekah untuk membersihkan harta benda
yang kita miliki sudah saya lakukan, tapi Mas semuanya tak berarti.
“Masyaallah”,
Janganlah bunda berkata seperti itu, sengaja Allah memberikan cobaan kepada
kita untuk mengukur sejauh mana kadar keimanan kita, apakah kuat atau tidak,
apakah dengan ujian itu akan mengendorkan ibadah kita, atau justru memperkuat
menambah ibadah kita. Itu semua menjadi
alat penilaian bagi Allah untuk
hambanya. “Kata Mas Ari berupaya
menjelaskan.
“Iya
Mas”, kadang-kadang kita berprasangka kepada Allah baik, karena kita selalu
menganggap ibadah kita sudah maksimal, maka segala keinginan kita akan
terkabul. Namun Allah tentunya
berkehendak lain. Allah SWT selalu menyayangi
hambanya dengan caranya sendiri.
“Ya,”
itu menunjukkan Allah maha segalanya.
Kita sebagai hambanya hanya bisa menerima kehendaknya. Nabi saja yang dianggap sebagai manusia
pilihan Allah SWT, Masih diberi ujian oleh Allah, apalagi kita sebagai manusia
lemah yang tidak memiliki keistimewaan.
Ini
menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa manusia hidup di dunia tidak akan lepas
dari pada ujian, ataupun cobaan. Sebagai contoh Nabi Adam yang dikembalikan
ke bumi dari syurga. Maka cobaan pertama
yang diterimanya yakni bagaimana caranya mempertahankan hidup dengan alam yang pada waktu masih belum
tersedia apa-apa.
Maka
semuanya dapat dilalui melalui proses yang dikehendaki oleh Allah. “Mas Ari berupaya memberikan penguatan kepada
istrinya dengan mengingatkan akan sejarah Nabi pertama, dan istrinya cuma
mengiyakan
Tak lama kemudian, pintu kamar pasien diketuk.
"Selama pagi Pak," Bu Ari maaf hari
ini ibu akan segera ditindak, mari kita sama-sama ke ruang bedah untuk
menjalani operasi dengan tim medis rumah sakit.
“Iya pak”, jawab istri Mas Ari tampak berusaha
menyambunyikan bunyi detak jantung yang semakin kencang.
“Yu Bun”, kita baca bismillah Lahaula Walla Kuwata
Illahbilah. Semua nya milik Allah. “Mas Ari memecahkan keheningan disela-sela
persiapan menuju ruang operasi.
Suara
roda pasien terdengar menuju ruang operasi, menyayat hati Mas Ari, sebagai suami
normal ada rasa gelisah yang mencoba
menyayat hati, sedikit menganggu fikiran yang tak bisa dihindarkan.
“Ya
Allah mudahkan semua urusan keluargaku dan kuatkan segala cobaan yang engkau
berikan. “Suara hati Mas Ari yang paling
dalam.
Lebih dari 2 jam istri Mas Ari berada didalam ruangan, tapi belum ada khabar.
Kenapa lama sekali prosesnya, biasanya kalau
operasi paling lama 1 jam. Ucap Mas Ari
berkata sendiri.
Mas Ari tampak cemas, kalau-kalau terjadi apa-apa menimpa istrinya.
Tak lama
kemudian, seorang perawat dari ruang bedah ada yang keluar, dan Mas Ari membenarikan
diri untuk bertanya.
“Maaf pak”, apakah sudah selesai ditindaknya? Tanya Mas Ari.
"Istrinya bernama siap pak? Bu Ari. Oh kebetulan
belum mendapat giliran, nanti pak diperkirakan sore hari, karena pasien
yang akan dioperasi lumayan banyak. “Jawab
perawat.”
Waktu terus begulir, seakan ingin memberikan khabar tiap menit akan kondisi yang dialami oleh Mas Ari.
Tepat pukul enam sore, perawat keluar dari ruang bedah.
"Keluarganya bu Ari ada. "Ada Pak. Jawab Mas Ari.
"Baik pak, proses operasi pasein sudah selesai, bapak tinggal tunggu saja pasienya sadar, dan nanti kalau sudah normal kembali, pasein boleh dibawa ke ruang perawatan. Kata perawat.
"AlhamAdulillah". Kata pertama yang diucapkan Mas ari, operasi telah berjalan lancar, terima kasih Ya Allah, berkat doa dan kehendakMu yang maha segalanya.