PENANTIAN DOA
Cerpen@Yud2025

            Sore itu selepas ashar, di luar hujan begitu derasnya, seperti air ditumpahkan dari langit, padahal  siangnya langit cerah tanpa awan, waktu itu udara terasa panas.  Namun tiba-tiba langit gelap diselimuti awan mendung dan tak lama kemudian air hujan turun telah mengguyur bumi. 

Mudah-mudah hujan hari ini menjadi rahmat bagi kita ya Mas.  Istrinya mengawali pembicaraan.  

“Iya bun jawab Mas Ari,” sambil menatap keluar disela-sela jendela yang sedikit terhalang oleh hordeng. 

“Mas,” maaf aku kalau selama ini, aku bersamamu telah banyak melakukan kesalahan. tiba-tiba istrinya berkata seperti ada nada sedih yang terpendam di hati. 

Memang ada apa, kok kata-kata bunda  tidak seperti biasanya, seperti ada yang disembunyikan, Mas Ari sedikit bingung dan mengerutkan dahi mendengar perkataan istrinya yang tiba-tiba itu.                          “Engga, Mas” mungkin, aku akan lebih dahulu meninggalkan Mas dan anakku, pergi menghadap yang maha kuasa.

 “Aku titip anak kita Mas”, tolong ya jangan sia-siakan dia, kalau aku sudah tiada jangan Mas terburu-buru untuk menikah lagi sebelum anak kita menikah lebih dulu.

 Mas Ari tampak semakin bingung atas ucapan istrinya yang tiba-tiba itu,  apa sebenarnya yang sedang dialami istrinya. 

“Bun, bisakah bunda lebih tenang, apa sebenarnya yang ada dipikiran bunda sekarang ini, bunda sakit?.  “Tanya Mas Ari”.

Mas sudah dua minggu kencing bunda mengeluarkan darah dan pinggang bunda terasa sakit seperti  ada yang menonjol.  Aku rasa umur bunda tidak akan lama lagi. 

Mas Ari merasa terkejut, kok baru hari ini istrinya menyampaikan keluhannya, padahal istrinya selama ini tak pernah mengeluh. 

“Masyaallah bunda, sabar ya” Allah SWT telah menguji bunda agar lebih berserah diri, serahkan semuanya kepada yang punya. “Seraya Mas Ari memberi semangat.

“Tapi Mas” ini penyakit berat, jawab istrinya dengan nada sendu.  

"Iya berat bagi kita, tapi bagi Allah sangat mudah untuk menyembuhkannya.  Jangan lah kita terburu memvonis penyakit yang ada diri kita tidak bisa disembuhkan, padahal Allah punya maksud lain untuk menguji kesabaran kita, “jawab Mas Ari, sedikit memberikan penguatan terhadap keluhan istrinya.

Tugas kita sebagai hamba Allah hanya berusaha dan berdoa, semoga penyakit yang kita alami cepat disembuhkan, 

“Oke Bun" .

Mas Ari mencoba untuk menghibur, dan tak henti-hentinya Mas Ari memberikan motivasi kepada istrinya agar bisa menerima kenyataan yang sedang dia alami.

         Di luar pun hujan mulai berhenti, seiring hati istrinya mulai mereda atas kekhawitiran yang sedang diderita.  

         “Mas, “ sore ini juga saya ingin mengecek kondisi bagian pinggang saya ke laboratorium, agar hari ini juga dapat mengetahui penyakit apa sebenarnya yang ada ditubuh saya ini, “istrinya berusaha untuk memelas. 

“Baik,” Mas siapkan dulu yang mobilnya, jawab Mas Ari sambil meninggalkan istrinya dan beranjak pergi dari tempat duduknya.  

Tak lama kemudian mobil Mas Ari meninggalkan rumah, pergi ke salah satu klinik yang dekat di rumahnya.  Kebetulan di klinik paseinnya tidak banyak.

"Maaf bu", setelah kami lihat hasil rontegen, ternyata di ginjal ibu banyak batunya, pertama batu ukuran besar sebesar ibu jari dan tiga lagi berukuran kecil posisi nya menyebar.  Batu-batu ini harus diambil bu, tidak bisa dilaser atau pakai obat penghancur batu.  Jadi ibu harus segera di tindak atau dioperasi, biar ginjalnya normal kembali.

“Dioperasi dok?”.  Istri Mas Ari bertanya, seperti tidak yakin.  

Iya bun tadi Mas Ari pun dengar kata dokter, semua batu-batu yang ada diginjal bunda harus diambil dan dioperasi di rumah sakit, kalau tidak diambil bisa menggangu pada kesehatan bunda. 

Istri Mas Ari hanya tertunduk lesu, mendengar ucapan dokter klinik dan Mas Ari.  Istri Mas Ari tidak sempat berkata-kata, sambil menahan isak tangis pergi meninggalkan ruang dokter dan kembali ke rumah.

“Mas,  kapan kira-kira kita pergi berobat ke rumah sakit?, seraya melanjutkan pembicaraan sewaktu di klinik yang tertunda, “Tanya istri yang kelihatannya sudah tidak sabar.  

    Insyaallah hari senin ya, kita urus surat rujukan ke puskesmas dulu, jawab Mas Ari berusaha menenangkan istrinya. 

“Besok hari minggu ya, tidak bisa ya kan Mas. 

Ya ngak bisa kan semua kantornya pada libur.  “Bunda tenang dulu ya, semua pasti dapat kita selesaikan semua pasti butuh proses, yang penting penyakit bunda bisa teratasi dan bisa sembuh seperti sedia kala. Jawab Mas Ari tegas.

            Obrolah menjadi terhenti, rasa ngantuk sudah mulai menyerang Mas Ari dan istri untuk beranjak ke tempat tidur melepas  rasa gundah gulandah menjadi topik utama hari itu, untuk menanti hari esok yang penuh dengan kekhawiran.

           " Ibu Ari," terdengar perawat memanggil nama istrinya Mas Ari. 

           " Iya bu", jawab Mas Ari sambil berjalan menuju ke loket pendaftaran. 

Bapak, ini sementara pendaftaran pasien ibu sudah selesai, bapak beserta pasiennya silahkan tunggu di ruang tunggu dokter, untuk nanti dipanggil dan diperiksa, kata perawat seraya menyerahkan berkas pendaftaran kepada Mas Ari. 

 “Baik Bu…jawab singkat Mas Ari. 

Suasana di tempat tunggu pasien tampak penuh, karena hari itu hari senin, sebelumnya biasanya pasien akan menumpuk karena hari minggunya libur. 

“Mas, penuh”. Iya  jawab Mas Ari, singkat sambil menatap ke sekeliling ruang tunggu pasien.  Kita tunggu saja ya, sabar, pasti kita akan tiba saatnya untuk dipanggil. 

Setelah sekian lama menunggu maka giliran istri Mas Ari dipanggil.

 “Ibu Ari", silahkan Masuk ke ruang dokter. terdengar suara perawat memanggil.  Iya  pak.  Sepontanitas wajah istri Mas Ari terpancar gembira. 

“Ini Bu Ari”, Dokter bertanya untuk meyakinkan nama Bu Ari sudah benar. 

"Iya  Dok," jawab Bu Ari.  

Kalau kita lihat hasil USG ini, sudah jelas ya bu, di ginjal ibu ada beberapa batu yang harus diambil, ada satu batu besar berukuran ujung jempol, tiga lagi batu-batu kecil.  Ibu sudah siap untuk diambil.

 Dengan nada sedih istri Mas Ari menjawab, “siap dok”, walapun dalam hatinya   muncul perasaan was-was.  Karena baru kali ini mungkin akan merasakan betapa sakitnya tubuh dilukai.  

  Selanjutnya, insyallah nanti fihak rumah sakit akan menghubungi keluarga ibu, kapan jadwal waktunya untuk dioperasi. 

Jadi untuk sementara, sekarang dikasih dulu obat ya, nanti, obatnya bisa diambil diruang apetek.  Dokter berusaha menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penanganan pasein Bu Ari. 

“Baik Dok”, jawab Mas Ari sambil melangkah keluar menuju ruang apotek.

Hari-hari terus berlalu, Mas Ari dan istrinya menunggu khabar yang pasti, mengenai jadwal waktu akan ditindak. 

Tak lama kemudian, fihak rumah sakit menghubungi Mas Ari melalui pesan whatsapp. Maaf pak ini dengan keluarga pasiennya Bu Ari, saya dari fihak rumah sakit akan menyampaikan jadwal operasi bagi pasien atas nama Bu Ari, yakni pada hari rabu minggu depan, apakah siap Pak.

 “Mas Ari belum sempat menjawab, namun tampak tertegun, dalam perasaannya bercampur gembira dan sedih. 

Mungkin gembira karena secepatnya akan ditindak, sedihnya khawatir akan terjadi kenapa-kenapa. 

“Ya  Allah” beri kemudahan dan kelancaran istriku, dalam menjalani operasi, ucap Mas Ari dalam hati. 

Dengan perasaan yang tak menentu, Mas Ari menjawab, “iya siap pak”, nanti saya bicarakan dengan istri saya, tentang persiapannya. 

“Mas, hari ini tiba saatnya untuk dioperasi, doakan saya ya Mas.  Istri Mas Ari memulai pembicaraan, satu jam sebeum Masuk ruang operasi. 

“Iya Bun”, serahkan semuanya pada yang memiliki, karena penyakit yang ada itu hanya kepunyaan Allah dan kita harus yakin Alloh akan memberikan obat penangkalnya. Ucap Mas Ari,  memberikan semangat pada istrinya. 

“Mas, saya tak habis berpikir, dosa apa yang sudah saya perbuat, sehingga Allah memberikan ujian berupa penyakit kepada saya. 

Padahal saya selalu menganggap ibadah itu segalanya, saya selalu berdoa atas keselamatan diri saya sendiri, keluarga dan sesama kerabat keluarga.  Wajib dan sunat tidak pernah ketinggalan, tahajud, duha, puasa senin kamis, dan bersedekah untuk membersihkan harta benda yang kita miliki sudah saya lakukan, tapi Mas semuanya tak berarti.

“Masyaallah”, Janganlah bunda berkata seperti itu, sengaja Allah memberikan cobaan kepada kita untuk mengukur sejauh mana kadar keimanan kita, apakah kuat atau tidak, apakah dengan ujian itu akan mengendorkan ibadah kita, atau justru memperkuat menambah ibadah kita.  Itu semua menjadi alat penilaian bagi  Allah untuk hambanya.  “Kata Mas Ari berupaya menjelaskan.

“Iya Mas”, kadang-kadang kita berprasangka kepada Allah baik, karena kita selalu menganggap ibadah kita sudah maksimal, maka segala keinginan kita akan terkabul. Namun Allah tentunya berkehendak lain.  Allah SWT selalu menyayangi hambanya dengan caranya sendiri. 

“Ya,” itu menunjukkan Allah maha segalanya.  Kita sebagai hambanya hanya bisa menerima kehendaknya.  Nabi saja yang dianggap sebagai manusia pilihan Allah SWT, Masih diberi ujian oleh Allah, apalagi kita sebagai manusia lemah yang tidak memiliki keistimewaan.

Ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa manusia hidup di dunia tidak akan lepas dari pada  ujian, ataupun cobaan.   Sebagai contoh Nabi Adam yang dikembalikan ke bumi dari syurga.  Maka cobaan pertama yang diterimanya yakni bagaimana caranya mempertahankan hidup  dengan alam yang pada waktu masih belum tersedia apa-apa. 

Maka semuanya dapat dilalui melalui proses yang dikehendaki oleh Allah.  “Mas Ari berupaya memberikan penguatan kepada istrinya dengan mengingatkan akan sejarah Nabi pertama, dan istrinya cuma mengiyakan

Tak lama kemudian, pintu kamar pasien diketuk.

"Selama pagi Pak," Bu Ari maaf hari ini ibu akan segera ditindak, mari kita sama-sama ke ruang bedah untuk menjalani operasi dengan tim medis rumah sakit.

 “Iya pak”, jawab istri Mas Ari tampak berusaha menyambunyikan bunyi detak jantung yang semakin kencang. 

 “Yu Bun”, kita baca bismillah Lahaula Walla Kuwata Illahbilah.  Semua nya milik Allah.  “Mas Ari memecahkan keheningan disela-sela persiapan menuju ruang operasi.

Suara roda pasien terdengar menuju ruang operasi, menyayat hati Mas Ari, sebagai suami normal  ada rasa gelisah yang mencoba menyayat hati, sedikit menganggu fikiran yang tak bisa dihindarkan. 

“Ya Allah mudahkan semua urusan keluargaku dan kuatkan segala cobaan yang engkau berikan.  “Suara hati Mas Ari yang paling dalam. 

Lebih dari 2 jam istri Mas Ari berada didalam ruangan, tapi belum ada khabar. 

Kenapa lama sekali prosesnya, biasanya kalau operasi paling lama 1 jam.  Ucap Mas Ari berkata sendiri.

 Mas Ari tampak cemas, kalau-kalau terjadi apa-apa menimpa istrinya.  

Tak lama kemudian, seorang perawat dari ruang bedah ada yang keluar, dan Mas Ari membenarikan diri untuk bertanya. 

“Maaf pak”, apakah sudah selesai ditindaknya? Tanya Mas Ari. 

"Istrinya bernama siap pak? Bu Ari.  Oh kebetulan  belum mendapat giliran, nanti pak diperkirakan sore hari, karena pasien yang akan dioperasi lumayan banyak.  “Jawab perawat.”

 Waktu terus begulir, seakan ingin memberikan khabar tiap menit akan kondisi yang dialami oleh Mas Ari.  

Tepat pukul enam sore, perawat keluar dari ruang bedah.  

"Keluarganya bu Ari ada. "Ada Pak.   Jawab Mas Ari.

"Baik pak, proses operasi pasein sudah selesai, bapak tinggal tunggu saja pasienya sadar, dan nanti kalau sudah normal kembali, pasein  boleh dibawa ke ruang perawatan.  Kata perawat.

"AlhamAdulillah". Kata pertama yang diucapkan Mas ari,  operasi telah berjalan lancar, terima kasih Ya Allah, berkat doa dan kehendakMu yang maha segalanya.

 

Popular posts from this blog