Mekdi, Artikel 2025

        Membaca adalah sebuah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh banyak ilmu pengetahuan atau bisa juga, dengan seseorang membaca bertujuan hanya mengisi waktu senggang,  tetapi ada yang mengangap bahwa membaca itu sebagai sarana hiburan untuk menghilangkan berbagai kepengetan atau stres.    Membaca bagi sebagian orang mungkin menjadi sebagai suatu kebutuhan dalam meningkatkan wawasan pengetahuannya, karena dengan membaca mereka menganggap banyak ilmu yang didapat dan semuanya dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga benar-benar dapat mewujudkan mimpi yang dicita-citakan.  Namun banyak orang yang mengatakan bahwa membaca itu tidak begitu penting, membosankan, buang waktu saja atau alasan lain sarana penunjang untuk membaca tidak ada, padahal sarana yang bisa dimanfaatkan untuk membaca begitu luas seperti perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku dari mulai buku ilmu pengetahuan, buku ilmiah, buku cerita, novel dan lain-lain.  Semuanya bisa diperoleh dengan mudah baik secara on line atau datang langsung ke tempat baca.  Kemudahan ini sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh kita kapan saja, tetapi kebiasaan membaca khususnya di kita sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara maju contohnya di asia dan eropah (Jepang Korea dan Amerika).  Hal ini didasarkan pada data UNESCO yang menunjukkan kualitas baca di Indonesia sangat minim sekali. Apa yang menjadi dasar dari rendahnya baca di Indonesia yaitu rasa malas, dan tidak menjadikan baca itu menjadi sebuah habbit, serta membaca itu bukan menjadi bagian dari rutinitas dalam menjalankan aktivitasnya.

Terlepas dari apa yang menjadi alasan seseorang enggan untuk membaca, maka diperlukan kesadaran bagi kitu semua bahwa membaca itu sangat penting bagi peningkatan kualitas hidupnya.  Banyak ilmuwan-ilmuwan yang memperoleh puncak kariernya dari kebiasaan membaca, sehingga dapat menghasilkan berbagai teori yang sekarang dapat dimanfaatkan oleh kita semua.  Lebih jelasnya lagi, bahwa ajaran kita lebih dahulu menyerukan tentang pentingnya membaca.  Dalam  sebuah riwayat Nabi kita tercinta dalam penerimaan wahyu kenabian pertama dari Allah SWT, menyerukan melaui perantaran malaikat jibril untuk iqra dengan membaca nama Tuhanmu (Allah SWT).  Peristiwa ini merupakan pelajaran berharga bagi kita semua betapa pokoknya membaca diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

  Kesadaran akan pentingnya membaca perlu ditanamkan tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga dapat dilakukan pada anak-anak sejak dini, agar membaca menjadi sebuah kebiasaan dan rutinitas  dalam mengisi hari-harinya.  Anak-anak akan merasa ketagihan untuk membaca setiap harinya jika diberikan jadwal waktu 30 atau 10 menit di waktu senggang baik di rumah atau pun di sekolah.  Untuk itu peran sekolah dan keluarga pun sangat dibutuhkan dalam menerapkan kebiasan membaca ini.  Penguatan kebiasaan membaca di sekolah sangat penting untuk diterapkan sesuai dengan program yang dicanangkan oleh kemendikbud melalui literasi sekolah.  Sehingga untuk melihat kebersahasilan siswa dalam literasi di sekolah, bisa diukur melalui program ANBK di kelas V yang nanti hasilnya tertuang dalam raport pendidikan. 

Didalam raport pendidikan akan termuat berbagai indicator yang menggambarkan kemampuan siswa dalam literasi di sekolah.  Maka langkah penting yang harus dilakukan sekolah dalam mendorong kebiasaan anak membaca sangat dibutuhkan, agar pencapaian angka raport pendidikan meningkat yaitu membangun kebiasaan membaca. Seperti dalam buku yang berjudul Atomic Habits, James Clear menyebutkan setidaknya ada empat cara yang dapat kita usahakan untuk membangun sebuah kebiasaan yang dilakukan tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah. Keempat cara ini, bisa juga diterapkan dalam berbagai aspek, termasuk dalam membangun kebiasaan membaca. Berikut penjelasannya:

1. Make it Obvious (Buat Jadi Terlihat)

Yang pertama, yaitu bikin kegiatan membaca buku itu mudah terlihat dari pandangan kita. Misalkan, sekolah dapat menyediakan tempat pojok baca di setiap sudut ruang kelas, sehingga memudahkan anak untuk bisa berinteraksi dengan buku-buku, sedangkan di rumah dengan menyimpan buku bacaan yang akan kita baca ditempat yang mudah terlihat. Seperti di meja belajar atau meja kerja, di ruang keluarga, atau bahkan disamping tempat tidur. Dengan cara ini, kita merasa seperti terus diingatkan dengan melihat buku bacaan yang akan dibaca.  Selain itu, juga bisa manfaatin teknologi, seperti download e-book di Handphone. Sehingga kita dapat membaca kapan pun dan di mana saja, bahkan saat di tempat umum atau dalam perjalanan.

2. Make it Attractive (Buat Jadi Menarik)

Kedua adalah membuat kegiatan membaca buku, menjadi menarik. Membaca bisa terasa berat kalau kita melakukannya dengan paksaan atau tidak ada daya tarik dari buku bacaan itu sendiri. Kalau di perputakaan sekolah siswa diarahakan untuk memilih buku yang sesuai dengan minat. kalau suka dengan cerita fiksi, cobalah baca novel yang menarik. Atau kalau tertarik topik non-fiksi, cari buku yang bisa nambah pengetahuan di bidang yang disuka. Begitu kita menemukan buku yang disuka, kita akan jatuh cinta pada membaca. Atau bisa juga dengan cara lain, dengan membentuk  komunitas atau kelompok terdiri dari siswa kelas 4-6 yang memiliki kesukaan yang sama dalam membaca. Dengan dukungan teman atau komunitas, siswa-siswi yang lain juga akan lebih termotivasi untuk terus membaca dan akan melihat aktivitas yang dikerjakan dalam komunitas tersebut.

3. Make it Easy (Buat Jadi Mudah)

Ketiga adalah membuat kegiatan membaca buku menjadi mudah. Salah satu cara agar kebiasaan membaca tidak terasa berat adalah dengan membuatnya simple dan mulai dari yang sederhana. Misalnya setelah istirahat siswa diharuskan untuk  membaca dari 1 sampai 3 halaman setiap hari, tidak perlu banyak-banyak. Atau bisa juga meluangkan waktu selama 10 sampai 20 menit setiap hari. Kita fokuskan pada konsistensi, bukan pada seberapa banyak buku yang telah dibaca.  Selain itu, siswa dirumah bisa juga mencoba teknik Habit Stacking, yang menggabungkan kebiasaan membaca dengan kebiasaan yang sudah sering dilakukan. Contoh, setelah sarapan atau sebelum tidur, luangkan waktu untuk membaca beberapa halaman. Dengan cara itu, kebiasaan membaca akan menjadi bagian yang alami dari rutinitas harian.

4. Make it Satisfying (Buat Jadi Memuaskan)

Dan terakhir adalah menjadikan kegiatan membaca buku menjadi memuaskan. Agar kita tetap termotivasi untuk membaca, berikan self reward atau penghargaan untuk diri sendiri setelah selesai membaca. Penghargaan ini tidak usah yang besar, cukup hal kecil namun memuaskan untuk diri sendiri seperti menikmati cemilan (dikasih permen jika siswa sudah selesai membaca) atau memimilih siswa yang rajin membaca tiap kelasnya untuk dipilih menjadi duta membaca, tujuannya agar kita makin semangat dengan reward-reward yang akan didapatkan setelah membaca.

Kita juga bisa mencatat kemajuan untuk melihat seberapa jauh telah membangun kebiasaan membaca. Kita bisa mencatat jumlah halaman yang telah dibaca atau jumlah buku yang berhasil diselesaikan, atau dapat juga membuat resensi dari buku tersebut. Hal ini akan memberikan rasa kepuasan yang dapat semakin memperkuat kebiasaan membaca.  Lebih spesifik lagi guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam membaca buku melalui kegiatan seperti menanyakan buku apa yang dibacanya dengan pertanyaan-pertanyaan singat, kemudian guru menyuruh  siswa  dapat menceritakan kembali isi buku yang dibacanya dan terakhir siswa dapat menuliskan isi buku dengan bahasa sendiri. 

Jika aktivitas pengujian membaca  siswa itu telah berjalan sesuai dengan standar yang ditentukan, maka dapat dipastikan kualitas membaca siswa berada pada level baik. Dan kedepannya sekolah dapat mengebangkan kegiatan membaca atau literasi melalui kegiatan seperti mengarang buku, membuat cerita yang dibukukan, membuat cerpen, carpon, puisi  dan lain-lain.@yud2025


Popular posts from this blog