Membaca adalah sebuah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh banyak ilmu pengetahuan atau bisa juga, dengan seseorang membaca bertujuan hanya mengisi waktu senggang, tetapi ada yang mengangap bahwa membaca itu sebagai sarana hiburan untuk menghilangkan berbagai kepengetan atau stres. Membaca bagi sebagian orang mungkin menjadi sebagai suatu kebutuhan dalam meningkatkan wawasan pengetahuannya, karena dengan membaca mereka menganggap banyak ilmu yang didapat dan semuanya dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga benar-benar dapat mewujudkan mimpi yang dicita-citakan. Namun banyak orang yang mengatakan bahwa membaca itu tidak begitu penting, membosankan, buang waktu saja atau alasan lain sarana penunjang untuk membaca tidak ada, padahal sarana yang bisa dimanfaatkan untuk membaca begitu luas seperti perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku dari mulai buku ilmu pengetahuan, buku ilmiah, buku cerita, novel dan lain-lain. Semuanya bisa diperoleh dengan mudah baik secara on line atau datang langsung ke tempat baca. Kemudahan ini sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh kita kapan saja, tetapi kebiasaan membaca khususnya di kita sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara maju contohnya di asia dan eropah (Jepang Korea dan Amerika). Hal ini didasarkan pada data UNESCO yang menunjukkan kualitas baca di Indonesia sangat minim sekali. Apa yang menjadi dasar dari rendahnya baca di Indonesia yaitu rasa malas, dan tidak menjadikan baca itu menjadi sebuah habbit, serta membaca itu bukan menjadi bagian dari rutinitas dalam menjalankan aktivitasnya.
Terlepas dari apa yang menjadi alasan seseorang
enggan untuk membaca, maka diperlukan kesadaran bagi kitu semua bahwa membaca
itu sangat penting bagi peningkatan kualitas hidupnya. Banyak ilmuwan-ilmuwan yang memperoleh puncak
kariernya dari kebiasaan membaca, sehingga dapat menghasilkan berbagai teori
yang sekarang dapat dimanfaatkan oleh kita semua. Lebih jelasnya lagi, bahwa ajaran kita lebih
dahulu menyerukan tentang pentingnya membaca.
Dalam sebuah riwayat Nabi kita
tercinta dalam penerimaan wahyu kenabian pertama dari Allah SWT, menyerukan melaui
perantaran malaikat jibril untuk iqra dengan membaca nama Tuhanmu (Allah SWT). Peristiwa ini merupakan pelajaran berharga
bagi kita semua betapa pokoknya membaca diterapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Kesadaran akan pentingnya membaca perlu ditanamkan tidak hanya untuk
orang dewasa, tetapi juga dapat dilakukan pada anak-anak sejak dini, agar
membaca menjadi sebuah kebiasaan dan rutinitas
dalam mengisi hari-harinya. Anak-anak
akan merasa ketagihan untuk membaca setiap harinya jika diberikan jadwal waktu
30 atau 10 menit di waktu senggang baik di rumah atau pun di sekolah. Untuk itu peran sekolah dan keluarga pun sangat
dibutuhkan dalam menerapkan kebiasan membaca ini. Penguatan kebiasaan membaca di sekolah sangat
penting untuk diterapkan sesuai dengan program yang dicanangkan oleh
kemendikbud melalui literasi sekolah. Sehingga
untuk melihat kebersahasilan siswa dalam literasi di sekolah, bisa diukur
melalui program ANBK di kelas V yang nanti hasilnya tertuang dalam raport
pendidikan.
Didalam raport pendidikan akan termuat
berbagai indicator yang menggambarkan kemampuan siswa dalam literasi di
sekolah. Maka langkah penting yang harus
dilakukan sekolah dalam mendorong kebiasaan anak membaca sangat dibutuhkan,
agar pencapaian angka raport pendidikan meningkat yaitu membangun kebiasaan
membaca. Seperti dalam buku yang berjudul Atomic Habits,
James Clear menyebutkan setidaknya ada empat cara yang dapat kita usahakan
untuk membangun sebuah kebiasaan yang dilakukan tidak hanya di sekolah tetapi
juga di rumah. Keempat cara ini, bisa juga diterapkan dalam berbagai aspek,
termasuk dalam membangun kebiasaan membaca. Berikut penjelasannya:
1. Make
it Obvious (Buat Jadi Terlihat)
Yang
pertama, yaitu bikin kegiatan membaca buku itu mudah terlihat dari pandangan
kita. Misalkan, sekolah dapat menyediakan tempat pojok baca di setiap sudut
ruang kelas, sehingga memudahkan anak untuk bisa berinteraksi dengan buku-buku,
sedangkan di rumah dengan menyimpan buku bacaan yang akan kita baca ditempat
yang mudah terlihat. Seperti di meja belajar atau meja kerja, di ruang
keluarga, atau bahkan disamping tempat tidur. Dengan cara ini, kita merasa
seperti terus diingatkan dengan melihat buku bacaan yang akan dibaca.
Selain itu, juga bisa manfaatin teknologi, seperti download e-book di Handphone.
Sehingga kita dapat membaca kapan pun dan di mana saja, bahkan saat di tempat
umum atau dalam perjalanan.
2. Make
it Attractive (Buat Jadi Menarik)
Kedua
adalah membuat kegiatan membaca buku, menjadi menarik. Membaca bisa terasa
berat kalau kita melakukannya dengan paksaan atau tidak ada daya tarik dari
buku bacaan itu sendiri. Kalau di perputakaan sekolah siswa diarahakan untuk
memilih buku yang sesuai dengan minat. kalau suka dengan cerita fiksi, cobalah
baca novel yang menarik. Atau kalau tertarik topik non-fiksi, cari buku yang
bisa nambah pengetahuan di bidang yang disuka. Begitu kita menemukan buku yang
disuka, kita akan jatuh cinta pada membaca. Atau bisa juga dengan cara lain,
dengan membentuk komunitas atau kelompok
terdiri dari siswa kelas 4-6 yang memiliki kesukaan yang sama dalam membaca.
Dengan dukungan teman atau komunitas, siswa-siswi yang lain juga akan lebih
termotivasi untuk terus membaca dan akan melihat aktivitas yang dikerjakan
dalam komunitas tersebut.
3. Make
it Easy (Buat Jadi Mudah)
Ketiga
adalah membuat kegiatan membaca buku menjadi mudah. Salah satu cara agar
kebiasaan membaca tidak terasa berat adalah dengan membuatnya simple dan
mulai dari yang sederhana. Misalnya setelah istirahat siswa diharuskan untuk membaca dari 1 sampai 3 halaman setiap hari,
tidak perlu banyak-banyak. Atau bisa juga meluangkan waktu selama 10 sampai 20
menit setiap hari. Kita fokuskan pada konsistensi, bukan pada seberapa banyak
buku yang telah dibaca. Selain itu, siswa dirumah bisa juga mencoba
teknik Habit
Stacking, yang menggabungkan kebiasaan membaca dengan kebiasaan
yang sudah sering dilakukan. Contoh, setelah sarapan atau sebelum tidur,
luangkan waktu untuk membaca beberapa halaman. Dengan cara itu, kebiasaan
membaca akan menjadi bagian yang alami dari rutinitas harian.
4. Make
it Satisfying (Buat Jadi Memuaskan)
Dan
terakhir adalah menjadikan kegiatan membaca buku menjadi memuaskan. Agar kita
tetap termotivasi untuk membaca, berikan self reward atau
penghargaan untuk diri sendiri setelah selesai membaca. Penghargaan ini tidak
usah yang besar, cukup hal kecil namun memuaskan untuk diri sendiri seperti
menikmati cemilan (dikasih permen jika siswa sudah selesai membaca) atau
memimilih siswa yang rajin membaca tiap kelasnya untuk dipilih menjadi duta
membaca, tujuannya agar kita makin semangat dengan reward-reward yang
akan didapatkan setelah membaca.
Kita juga
bisa mencatat kemajuan untuk melihat seberapa jauh telah membangun kebiasaan
membaca. Kita bisa mencatat jumlah halaman yang telah dibaca atau jumlah buku
yang berhasil diselesaikan, atau dapat juga membuat resensi dari buku tersebut.
Hal ini akan memberikan rasa kepuasan yang dapat semakin memperkuat kebiasaan
membaca.
Lebih spesifik lagi guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam membaca
buku melalui kegiatan seperti menanyakan buku apa yang dibacanya dengan
pertanyaan-pertanyaan singat, kemudian guru menyuruh siswa dapat
menceritakan kembali isi buku yang dibacanya dan terakhir siswa dapat
menuliskan isi buku dengan bahasa sendiri.
Jika aktivitas pengujian membaca siswa itu telah berjalan sesuai dengan standar
yang ditentukan, maka dapat dipastikan kualitas membaca siswa berada pada level
baik. Dan kedepannya sekolah dapat mengebangkan kegiatan membaca atau literasi melalui kegiatan seperti mengarang
buku, membuat cerita yang dibukukan, membuat cerpen, carpon, puisi dan lain-lain.@yud2025